Klasifikasi Agregat Dalam Struktur Bangunan

Agregat

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai 75% dari volume massa yang telah mengeras. Sisanya terdiri dari adukan semen yang telah mengeras, air yang belum bereaksi (yaitu, air yang tidak ikut dalam proses hidrasi dari semen), dan rongga-rongga udara. Air yang belum bereaksi dan rongga-rongga udara kenyataannya tidak memberikan sumbangan kekuatan terhadap beton. Pada umumnya, semakin padat agregat-agregat tersebut tersusun, semakin kuat pula beton yang dihasilkan-nya, daya tahannya terhadap cuaca, dan nilai ekonomis dari beton tersebut.
Atas dasar inilah gradasi dari ukuran-ukuran partikel dalam agregat, mempunyai peranan yang sangat penting, untuk menghasilkan susunan beton yang padat. Faktor penting lainnya ialah bahwa agregat tersebut juga harus mempunyai kekuatan yang baik, tahan lama, dan tahan terhadap cuaca; bahwa permukaannya haruslah bebas dari kotoran seperti tanah liat, lumpur dan zat organik yang akan memperlemah ikatannya dengan adukan semen ; dan juga tidak boleh terjadi reaksi kimia yang tidak diinginkan diantara material tersebut dengan semen.

Agregat alami pada umumnya diklasifikasikan sebagai agregat yang halus dan kasar. Agregat yang halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu, saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang lebih kasar dari ukuran ini digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral. Apabila ingin didapatkan gradasi yang baik agregat-agregat dipisahkan dengan saringan menjadi dua atau tiga kelompok ukuran dari pasir dan beberapa kelompok ukuran agregat kasar. Ukuran-ukuran ini bisa dikombinasikan dalam penggunaannya sesuai dengan grafik gradasi untuk menghasilkan suatu susunan agregat yang padat. Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan bahwa agregat tersebut harus dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat diantara batang-batang baja penguat. Untuk tujuan ini ukuran tersebut tidak boleh lebih besar dari seperlima dimensi cetakan yang paling kecil atau sep ertiga dari tinggi plat, atau tiga perempat dari jarak minimum yang terdapat diantara batang-bantang baja penguat. Informasi lengkap mengenai sifat-sifat agregat dan pengaruhnya terhadap sifat-sifat beton dan mengenai cara-cara pemilihan, p.enyiapan dan penanganan agregat didapatkan dalam laporan komite ACI621 (Ref. 1.1).


Berat jertis batu beton, beton yang memakai agregat batu alam, bervariasi dari 140 sampai 152 pcf dan pada umumnya dapat diambil 145 pcf (2320 kg/m3). Untuk tujuan-tujuan khusus, seringkali dipakai beton ringan atau sebaliknya beton berat.

Terdapat berbagai macam agregat ringan. Beberapa agregat yang belum diproses, seperti batu apung atau arang, cocok untuk dipakai sebagai isolasi beton, tetapi untuk beton ringan yang bersifat struktural, dipakai agregat yang telah diproses karena material tersebut dapat terkontrol.

Material ini terdiri dari hasil pengembangan endapan batuan yang berbutir halus, tanah liat, bahan batu tulis, kerak pembakaran biji besi, atau hasil muntahan gunung berapi yang berbentuk butiran. Material ini mempunyai berat yang ringan karena struktur dari tiap-tiap partikel agregat banyak mengandung pori-pori, yang disebabkan oleh gas atau penguapan pada waktu memproses agregat tersebut dalam tanur putar pada temperatur yang tinggi (biasanya lebih dari 2000°F). Ketentuan-ketentuan mengenai agregat ringan yang memenuhi syarat bisa didapatkan dalam ASTM C330, spesifikasi untuk agregat- agregat ringan bagi struktur beton.


Beton ringan dibedakan dalam tiga kelompok (Ref 1.2) : beton dengan berat jems rendah, yang terutama dipakai sebagai isolasi dengan berat jenis kurang dari 50 pcf (800 kg/m3); beton berkekuatan menengah, dengan berat jenis berkisar antara 60 sampai 85 pcf dan berkekuatan tekannya antara 1000 sampai 2500 psi, yang terutama dipakai sebagai pengisi, misalnya pada panel-panel lantai baja berukuran ringan; dan beton struktur, dengan berat jenis berkisar antara 90 sampai 120 pef (1440 sampai 1920 kg/m3) dan kekuatan tekan yang sama besamya dengan kekuatan beton biasa. Keamanan-keamanan dan perbedaan-perbedaan dalam karakteristik struktur dari beton ringan dan batu beton dibahas dalam artikel 1.11.

Beton berat biasanya diperlukan sebagai pelindung terhadap radiasi dari sinar gamma dan sinar X dalam reaktor nuklir dan instalasi-instalasi yang sejenis, untuk struktur-struktur pelindung, dan untuk tujuan-tujuan khusus, seperti sebagai pengimbang berat dari jembatan- jembatan angkat. Untuk beton seperti ini dipakai agregat-agregat yang berat. Bahan untuk ini terdiri dari biji besi berat atau pecahan-pecahan karang barit (barium sulfat) dengan ukuran yang sesuai. Bahan baja dalam bentuk rongsokan, hasil dari lubangan, atau bentuk butir peluru (yang halus) juga dapat dipakai. Berat jenis dari beton berat dengan memakai agregat batuan berat alam berkisar antara 200 sampai 230 pcf (3200 kg/m3); apabila ditambahkan biji besi yang mempunyai berat jenis yang tinggi, maka bisa didapat berat jenis sampai 270 pcf. Berat jenis tersebut bisa mencapai 330 pcf (5300 kg/m3) apabila dipakai biji besi sebagai butiran yang halus baja sebagai agregat yang kasar. Selanjut Perbandingan dan Penyampuran Beton.

Konstruksi, Bagian-bagian kayu, Bahan Bangunan, Beton Beton Bertulang, Beton Prategang, Beton Ringan, Deformasi Beton
  1. Kekuatan dan Deformasi Beton Yang Mengalami Tekan
  2. Perbandingan dan Penyampuran Beton
  3. Pengangkutan, Penempatan, Pemadatan, Perawatan
  4. Percobaan-percobaan, Pengendalian Mutu, Pengawasan
  5. Kekuatan Tarik dan Kekuatan Akibat Tegangan Kombinasi
  6. Perubahan Volume : Penyusutan, Temperatur
  7. Beton Ringan, Tulangan serta Jenis-jenis Baja Tulangan
  8. Mutu dan Kekuatan serta Grafik Regangan-Tegangan
  9. Kelelahan dan Rangkak
  10. Pengertian, fungsi, dan komponen konstruksi atap
  11. Pengertian Bangunan, Klasifikasi Bangunan, Pondasi, Klasifikasi Pondasi, Pondasi Dangkal
  12. Klasifikasi Agregat Dalam Struktur Bangunan
  13. Beton, Beton Bertulang, Beton Prategang
  14. Pengetahuan Dasar Konstruksi, Pemikiran terhadap ruang (gagasan tiga dimensi), Pengertian ruang dan waktu
  15. Beton, Beton Bertulang, Beton Prategang
  16. Pengetahuan Dasar Konstruksi, Pemikiran terhadap ruang (gagasan tiga dimensi), Pengertian ruang dan waktu
  17. Pengertian Massa dan Isi Hukum Kelembaban Massa, Pengertian bentuk struktur bangunan
  18. Konstruksi Bangunan Kayu, Pengetahuan Dasar Kayu, Mengenal kayu, Bagian-bagian kayu, Perdagangan Kayu
  19. Kadar Air Kayu dan Penyusutan Kayu Sebagai Bahan Bangunan, Pencegahan terhadap rayap, Perlindungan dan ketahanan terhadap api
  20. Semen Portlan Yang Sifat-sifat Adhesif dan Kohesif
  21. Pengertian Teknologi Konstruksi, Konstruksi Jembatan dari Zaman Kuno Hingga Zaman Modern, Teknologi Jembatan Zaman Besi dan Baja, Konstruksi Jembatan Yang Ada di Dunia
  22. Konstruksi Tangga, Bahan Bangunan Tangga, Susunan dan Bentuk Tangga, Tangga Tusuk Lurus, Tangga Bordes Lurus, Tangga Dengan Belokan
  23. Konstruksi Rangka Atap, Bagian-bagian dari Konstruksi Atap, Kuda-kuda
  24. Konstruksi Bendungan, Pengertian Bangunan Peredam Energi, Peredam Energi Tipe Bak Pusaran, Roller Bucket Type, Desain Peredam Energi
  25. Pengertian Struktur dan Konstruksi Bangunan, Desain Struktur dan Konstruksi Rumah Menengah
  26. Struktur Rangka Kaku, Rigid Frame
  27. Pengertian Arsitektur Kontekstual
  28. Manajemen Konstruksi Dalam Mengerjakan Suatu Proyek

Postingan populer dari blog ini

Struktur Rangka Kaku, Rigid Frame

Mutu dan Kekuatan serta Grafik Regangan-Tegangan

Pengertian Bangunan, Klasifikasi Bangunan, Pondasi, Klasifikasi Pondasi, Pondasi Dangkal